Senin, 04 Januari 2016

ANALISIS METODE PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DENGAN METODE IQRO'



ANALISIS METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’

AL-QUR’AN HADITS
DOSEN PENGAMPU : NOVA ERLINA, M.Ed.

DISUSUN OLEH :
TRI ANIROTUL HIKMAH
(1311070059)
  


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)RADEN INTAN
LAMPUNG
2014





PENDAHULUAN
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa : Dari Usman Radiallahu’anhu, Nabi Sallallohu’alaihiwasallam bersabda : “Sebaik-baik kamu adalah yang belajar al Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Bukhari)
Pengajaran tentang al-Qur’an harus dilakukan sejak anak masih usia dini. Hal itu sesuai dengan sebuah hadist Rasullah ” Uthlubul ’Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi ” (Carilah ilmu sejak dari ayunan hingga liang kubur). Sehingga orang tua harus mengenalkan al-Qur’an pada anaknya sedini mungkin untuk bekalnya nanti setelah ia baligh agar ia dapat melaksanakan segala kewajiban ibadah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam serta dapat menambahkan keimanan anak. Sehingga kelak dapat menjadi anak yang soleh dan solehah.
Untuk mencapai hasil itu semua, orang tua dan pendidik haruslah mempunyai metode dan cara-cara agar pengetahuan tentang al-Qur’an mudah dipahami oleh anaknya. Berkembangnya TPQ (Tempat Pembelajaran al Qur’an) di masyarakat, sangat membantu pembelajaran Al-Qur’an pada anak selain dari orang tua. Cara atau metode dalam proses pengajaran al-Qur’an bermacam-macam, dan salah satunya yaitu metode IQRO’. Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai pendidik khususnya, sebaiknya dalam proses pembelajaran bisa mengajarkan al Qur’an dengan metode yang ada, yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi pembelajaran.



PEMBAHASAN
A.    PEMBELAJARAN AL-QUR’AN UNTUK ANAK USIA DINI
Banyak cara atau metode yang bisa kita gunakan untuk merangsang dalam memberikan pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak. Keberagaman cara atau metode tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain tujuan pembelajaran yang berbeda, latar belakang dan kemampuan yang berbeda, sifat, orientasi dan kepribadian serta kemampuan yang berbeda, faktor situasi dan kondisi saat proses pembelajaran, termasuk faktor geografis, serta fasilitas pengajaran yang bermacam-macam. Namun, faktor-faktor tersebut bukanlah suatu hambatan bagi anak untuk mengenal al-Qur’an. Banyak cara memberikan pendidikan pada anak usia dini yang bisa dilakukan oleh orang tua ataupun tempat-tempat pendidikan anak lainnya agar belajar al-Qur’an menjadi terasa menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Seperti halnya di TPQ AL-KHOIRIYAH yang bertempat di blok B Perum Permata Biru Sukarame Bandar Lampung. Karena berbagai hal, metode yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an disini ialah dengan menggunakan metode IQRO’. Alasan mengapa metode IQRO’ lebih efisien untuk diterapkan disini yaitu :
  1. Tempat yang ada hanya 1 ruangan kelas
  2. Waktu mengaji yang terbatas, yaitu pukul 16.00-17.00 untuk anak yang mengaji tingkat iqro’ dan 17.00-18.00 untuk anak yang mengaji tingkat Al-Qur’an.
  3. Perbedaan jam masuk sekolah anak. Anak yang mengaji ada yang masuk sekolah pagi dan ada yang masuk sekolah siang, jadi untuk anak yang masuk sekolahnya siang, maka ia harus mengaji pagi hari, dan sebaliknya
  4. Anak yang baru mau masuk mengaji, terkadang sudah pernah mengaji dirumahnya sehingga tinggal meneruskan saja jika memang sudah bisa lancar pada jilid sebelumnya dan mengulang jika belum lancar bacaannya,
  5. Anak yang mengajipun usia dan tingkatan sekolahnya bervariasi, yaitu dari mulai usia 4 – 12 tahun/ TK- kelas 6 SD sehingga sulit untuk menyeragamkan pembelajaran Al-qur’an
  6. Jika ada anak yang mogok mengaji dan ketika ia mau mengaji lagi, maka tidak tertinggal jauh dari temannya, karena iqro’ bersifat individu.
  7. Jika ada yang mau berpindah lokasi mengaji, ia tidak perlu mengulangi dari awal, tapi tinggal meneruskan sesuai jilidnya.
Mengingat begitu besarnya keutamaan mengajarkan Al Quran, terdapat beberapa tips untuk mengajarkan bacaan Alqur’an, seperti halnya pembelajaran dengan metode Iqro’, yaitu dari buku Kurikulum Pendidikan Anak Muslim yang ditulis oleh Syaikh Fuhaim Musthafa, antara lain :
  1. Memperdengarkan bacaan Al Quran pada pendengaran anak dengan bacaan yang khusyu’ dan benar lebih dari satu kali atau diulangi jika anak lupa.
  2.  Anak diminta membaca bacaan itu sepenggal-penggal lebih dari satu kali atau mengulangi jika masih belum lancar
  3. Sementara itu sang pengajar membenarkan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada anak saat membaca Iqro’.
  4. Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu membenarkan bacaan anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang sedikit itu akan dibawa sampai dewasa jika tidak dibetulkan.
B.     PENGERTIAN METODE IQRO’
Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai program utama perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang berbeda. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajarkannya.
Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena lebih ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih), bacaannya langsung tanpa dieja, tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah, dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:
1.      Kelebihan Metode IQRO’
  1. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
  2. Anak walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.
  3. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
  4. Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan penghargaan.
  5. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
  6. Tidak mengharuskan persamaan tingkat belajar Alqur’an dalam 1 kelas, sehingga dapat bervariasi antara anak yang mengaji iqro’ 1-6 tidak harus dipisahkan ruangan kelasnya.
  7. Anak lebih mudah memahami bacaan Al-qur’an
  8. Ada motivasi tersendiri untuk anak karena bervariasi yaitu motivasi untuk bisa naik ke tingkatan iqro’ selanjutnya yaitu iqro’ 1 naik ke iqro’ 2 dan seterusnya.
  9. Anak yang lancar akan cepat melanjutkan pada jilid selanjutnya karena tidak menunggu teman yang lain.
  10. Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

2.      Kekurangan Metode Iqro’
a.       Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
b.      Tidak ada media belajar
c.       Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal
d.      Tidak diperkenalkan huruf hijaiyah yang asli(tanpa harokat)
e.       Dalam pengajarannya lebih bersifat individual
f.       Kurang mengenal istilah tanda baca Alqur’an (seperti fathah, kasroh, tanwin, sukun dan lain-lain)
g.      Anak  tidak perlu menghafal dan mengeja huruf Alqur’an
h.      Anak didik dapat naik ke jilid berikutnya dengan syarat sudah menguasai dan membaca dengan lancar bacaan pada jilid yang sudah ia pelajari, jika ia belum bisa membaca dengan benar dan lancar maka harus mengulang kembali ke jilid nya.
i.        Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan atau tahun, namun dengan tingkat kelancaran dan benar bacaannya.
3.      Sifat buku Iqro’ adalah :
a.       Bacaan langsung.
b.      CBSA(Cara Belajar Santri Aktif)
c.       Privat(penyimakan secara seorang demi seorang)
d.      Modul
e.       Asistensi(santri yang lebih tinggi jilidnya dapat membantu menyimak santri lain)
f.       Praktis
g.      Sistematis
h.      Variatif
i.        Komunikatif
j.        fleksibel
4.      Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
a.       TK Al-Qur'an
b.      TP Al-Qur'an
c.       Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d.      Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e.       Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f.       Digunakan di majelis-majelis taklim

C.    PRINSIP DAN STRATEGI METODE IQRO’
1.      Prinsip –prinsip Dasar Metode Iqro’ 
  1. prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
1)      teliti, berhati-hati, waspada dan tegas
  1. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri / anak didik:
1)      CBSA : Cara belajar santri aktif.
2)      Pelan asal benar.
3)      fasih
2.      Strategi Mengajar Dalam Metode Iqro’ I sampai VI yaitu:
a.       Jilid I
1)      Menggunakan sistem CBSA yaitu guru sebagai penyimak saja, jangan menuntun kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajarans,  privat yaitu penyimakan secara seorang demi seorang, dan asistensi yaitu santri yang lebih tinggi jilidnya dapat membantu menyimak santri lain.
2)      Mengenai judul, guru langsung member cntoh bacaannya
3)      Sekali huruf dapat dibaca dengan betul maka jangan diulang lagi
4)      Bila santri keliru panjang panjang dalam membaca huruf, maka guru harus dengan tegas memperingatkan(sebab yang betul dengan pendek-pendek) dan membacanya agar diputus-putus, bila perlu ditekan.
5)      Bila santri keliru membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf yang keliru saja, dengan cara isyarah
6)      Pelajan ini pengenalan huruf berharokat fathah, jika belum dikuasai benar maka jangan naik ke jilid berikutnya.
7)      Bagi santri yang betul-betul belum menguasai pelajaran dan sekiranya dapat berpacu dalam menyelesaikan belajarnya maka membacanya boleh diloncatkan(tidak seutuhnya urutan halaman)
8)      Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan oleh guru pengujinya.
b.      Jilid II
1)      Strategi pengajaran pada jilid 1 masih berlaku pada  jilid II
2)      Bila pada pelajaran yang lalu ada ”her” pada huruf-huruf tertentu, maka dalam mempelajari jilid 2 ini, bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf yang ”her” tersebut.
3)      Mengenai judul huruf  yang dirangkai,guru tidak perlu menerangkan, misal huruf ba’ diawal, ba’ ditengah, ba’ diakhir, sebab biasanya santri faham bisa membacanya. Jadi guru hanya menyimak saja.
4)      Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara panjangnya boleh lebih 2 harokat. Yang penting harus jelas beda mana yang pendek dan mana yang panjang.
5)      Membacanya tetap dengan putus-putus saja yaitu walaupun hurufnya bersambung.
6)      Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri cenderung keliru baca panjang, yang semstinya 1 harokat, maka membacanya agar dirangkai saja dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang pendeknya, maka guru cukup menegurnya.
c.      Jilid III
1)      Bila santri sering memanjangkan bacaan yang semestinya pendek karena sambil mengingat-ingat huruf didepannya, maka tegurlah, dan kalau perlu huruf didepannya ditutup dulu agar tidak terfikir.
2)      Guru tidak boleh memberi contoh 1 kalimat yang menimbulkan anak ingin meniru irama maupun ingin meniru lancarnya bacaan guru. Bila hal ini terjadi santri akan terbebani berfikir membaca kalimat yang panjang, sehingga membacanya banyak kesalahan(panjang, pendek, mengulang-ulang) sedangkan pedoman mengajar santri hanya diajak berfikir perhuruf atau 2, 3 huruf
3)      Bila santri mengulang-ulang bacaan(karena sambil berfikir bacaan didepannya) maka tegurlah
d.     Jilid IV
1)      Mulai jilid IV ini sudah boleh dikenalkan nama-nama huruf  dan tanda tandanya.
2)      Bila santri keliru baca ditengah/diakhir kalimat, maka betulkanlah yang keliru saja, membacanya tidak perlu diulang lagi dari awal kalimat. Setelah selesai sehalaman, agar mengulangi kalimat yang ada kekeliruan tersebut.
3)      Untuk memudahkan ingatan huruf qolqolah boleh dengan singkatan baju dithoqo
4)      Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk membuat semarak, baik andaikata santri diajak membaca bersama-sama.
5)      Untuk menetukan bacaan yang betul pada halaman 23, santri diajak membaca dengan harokatfathah dulu berulang-ulang, kemudian baru dimatikan.
6)      Pada jilid 4 belum ada waqof, artinya semua bacaan dibaca utuh apa adanya.
e.      Jilid V
1)      Halaman 23 adalah surat Al-mu’minun ayat 1-11 sebaiknya santri dianjurkan menghafalkan.
2)      Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh sistem tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedang yang lainnya menyimak.
3)      Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idghom, ikhfa’ dsb. Yang penting secara praktis betul bacaannya.
4)      Agar menghayati bacaan yang pentingdan untuk membuat suasana, baik andaikata santri diajak membaca bersama-sama.
f.       Jilid VI
1)      Materi halaman EBTA sebaiknya dihafalkan, syukur dapat dimengerti terjemahnya.
2)      Walaupun telah menginjak jilid 6, pedoman membaca ”pelan asal benar” tetap berlaku. Jadi tak apa bila ada santri yang membacanya sangat lamban/tersendat-sendat/banyak berhenti/jeda. Asalkan setiap yang dibaca itu betul semuanya, maka yang penting adalah benar.
3)      Santri jangan diajari dengan bacaan berlagu walaupun dengan irama murottal
4)      Mengenai pelajaran tanda waqof, disederhanakan dan pengenalannya disatukan di awal
5)      Sebelum EBTA ada tambahan pelajaran huruf-huruf awal surat.



KESIMPULAN
Usia dini merupakan usia yang paling baik dikenalkan tentang al-Qur’an untuk memupuk ketakwaan dan keimanan pada anak. Banyak cara atau metode yang dapat diterapkan untuk mengajarkan alQur’an bagi anak usia dini. Adapun salah satu cara atau metodenya dalam proses pengajaran al-Qur’an pada anak usia dini adalah metode IQRO’. Dalam metode Iqro’ terdapat tingkatan jilid yaitu 1-6. Anak dikenalkan bacaan al-qur’an dengan sitem CBSA(cara belajar santri aktif). Dalam metode Iqro’ sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan,prinsip dan strategi pembelajarannya.
Dalam penerapannya pada anak yaitu pembelajaran secara individual dan tidak membutuhkan media untuk mengajar selain buku IQRO’. Anak akan lebih mudah untuk dapat mengenal bacaan Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an. Serta terdapat tingkatan yang bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan anak dalam belajar bacaan Al-Qur’an yaitu IQRO’ jilid 1-6.
Bagi guru, dalam mengajar tentu saja ada hambatan-hambatan, ketika sudah merasa memenuhi semua syarat dan ketentuan dalam metode dan strategi pembelajaran Al-Qur’an namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, maka hendaklah selalu berdo’a kepada Allah supaya diberi kesabaran dan keteguhan niat. Karena terkadang dikarenakan hambatan-hambatan yang ada, seorang pengajar menjadi putus asa.



DAFTAR PUSTAKA
-          As’ad Humam, Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-qur’an, Balai Litbang LPTQ Nasional, Yogyakarta, 2000
-          Sumber: http://darussalam-community.blogspot.com
-          Faridur Rohman, Makalah Proses Pengajaran Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini, Tarbiyah STAI NU,  Jakarta, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar