ANALISIS METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DENGAN METODE IQRO’
AL-QUR’AN HADITS
DOSEN PENGAMPU : NOVA ERLINA, M.Ed.
DISUSUN OLEH :
TRI ANIROTUL HIKMAH
(1311070059)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI(IAIN)RADEN INTAN
LAMPUNG
2014
PENDAHULUAN
Dalam
sebuah hadits disebutkan bahwa : Dari Usman Radiallahu’anhu, Nabi
Sallallohu’alaihiwasallam bersabda : “Sebaik-baik kamu adalah yang belajar al
Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Bukhari)
Pengajaran tentang
al-Qur’an harus dilakukan sejak anak masih usia dini. Hal itu sesuai dengan
sebuah hadist Rasullah ” Uthlubul ’Ilma Minal Lahdi Ilal Mahdi ” (Carilah ilmu sejak
dari ayunan hingga liang kubur). Sehingga orang tua harus mengenalkan al-Qur’an
pada anaknya sedini mungkin untuk bekalnya nanti setelah ia baligh agar ia
dapat melaksanakan segala kewajiban ibadah yang sesuai dengan tuntunan agama
Islam serta dapat menambahkan keimanan anak. Sehingga kelak dapat menjadi anak
yang soleh dan solehah.
Untuk mencapai hasil itu semua, orang tua dan
pendidik haruslah mempunyai metode dan cara-cara agar pengetahuan tentang
al-Qur’an mudah dipahami oleh anaknya. Berkembangnya TPQ (Tempat Pembelajaran
al Qur’an) di masyarakat, sangat membantu pembelajaran Al-Qur’an pada anak
selain dari orang tua. Cara atau metode dalam proses pengajaran al-Qur’an
bermacam-macam, dan salah satunya yaitu metode IQRO’. Dalam proses
pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran. Oleh
karena itu, sebagai pendidik khususnya, sebaiknya dalam proses pembelajaran
bisa mengajarkan al Qur’an dengan metode yang ada, yang dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi lokasi pembelajaran.
PEMBAHASAN
A.
PEMBELAJARAN
AL-QUR’AN UNTUK ANAK USIA DINI
Banyak cara atau metode yang bisa kita
gunakan untuk merangsang dalam memberikan pembelajaran Al-Qur’an bagi
anak-anak. Keberagaman cara atau metode tersebut terjadi karena beberapa
faktor, antara lain tujuan pembelajaran yang berbeda, latar belakang dan
kemampuan yang berbeda, sifat, orientasi dan kepribadian serta kemampuan yang
berbeda, faktor situasi dan kondisi saat proses pembelajaran, termasuk faktor
geografis, serta fasilitas pengajaran yang bermacam-macam. Namun, faktor-faktor
tersebut bukanlah suatu hambatan bagi anak untuk mengenal al-Qur’an. Banyak
cara memberikan
pendidikan pada anak usia dini yang bisa dilakukan oleh orang tua ataupun tempat-tempat
pendidikan anak lainnya agar belajar al-Qur’an menjadi terasa menyenangkan dan
mudah dipahami oleh anak-anak.
Seperti halnya di TPQ AL-KHOIRIYAH yang bertempat di
blok B Perum Permata Biru Sukarame Bandar Lampung. Karena berbagai hal, metode
yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an disini ialah dengan
menggunakan metode IQRO’. Alasan mengapa metode IQRO’ lebih efisien untuk
diterapkan disini yaitu :
- Tempat yang ada hanya 1 ruangan kelas
- Waktu mengaji yang terbatas, yaitu pukul 16.00-17.00 untuk anak yang mengaji tingkat iqro’ dan 17.00-18.00 untuk anak yang mengaji tingkat Al-Qur’an.
- Perbedaan jam masuk sekolah anak. Anak yang mengaji ada yang masuk sekolah pagi dan ada yang masuk sekolah siang, jadi untuk anak yang masuk sekolahnya siang, maka ia harus mengaji pagi hari, dan sebaliknya
- Anak yang baru mau masuk mengaji, terkadang sudah pernah mengaji dirumahnya sehingga tinggal meneruskan saja jika memang sudah bisa lancar pada jilid sebelumnya dan mengulang jika belum lancar bacaannya,
- Anak yang mengajipun usia dan tingkatan sekolahnya bervariasi, yaitu dari mulai usia 4 – 12 tahun/ TK- kelas 6 SD sehingga sulit untuk menyeragamkan pembelajaran Al-qur’an
- Jika ada anak yang mogok mengaji dan ketika ia mau mengaji lagi, maka tidak tertinggal jauh dari temannya, karena iqro’ bersifat individu.
- Jika ada yang mau berpindah lokasi mengaji, ia tidak perlu mengulangi dari awal, tapi tinggal meneruskan sesuai jilidnya.
Mengingat
begitu besarnya keutamaan mengajarkan Al Quran, terdapat beberapa tips untuk
mengajarkan bacaan Alqur’an, seperti halnya pembelajaran dengan metode Iqro’,
yaitu dari buku Kurikulum
Pendidikan Anak Muslim yang ditulis oleh Syaikh Fuhaim Musthafa,
antara lain :
- Memperdengarkan bacaan Al Quran pada pendengaran anak dengan bacaan yang khusyu’ dan benar lebih dari satu kali atau diulangi jika anak lupa.
- Anak diminta membaca bacaan itu sepenggal-penggal lebih dari satu kali atau mengulangi jika masih belum lancar
- Sementara itu sang pengajar membenarkan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada anak saat membaca Iqro’.
- Harus diperhatikan oleh pengajar yaitu membenarkan bacaan anak supaya jangan sampai salah sedikitpun. Karena yang sedikit itu akan dibawa sampai dewasa jika tidak dibetulkan.
B. PENGERTIAN METODE IQRO’
Metode iqro’
adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan langsung pada latihan
membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat
yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode Iqro’
disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh
AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK
Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata
di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an
dan metode Iqro’ sebagai program utama perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari
6 jilid dengan variasi warna cover yang berbeda. Kitab Iqro’
dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang
doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud
memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajarkannya.
Metode iqro’
ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena lebih
ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih), bacaannya
langsung tanpa dieja, tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah, dengan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Adapun
kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah:
1. Kelebihan Metode IQRO’
- Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
- Anak walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.
- Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah).
- Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan penghargaan.
- Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
- Tidak mengharuskan persamaan tingkat belajar Alqur’an dalam 1 kelas, sehingga dapat bervariasi antara anak yang mengaji iqro’ 1-6 tidak harus dipisahkan ruangan kelasnya.
- Anak lebih mudah memahami bacaan Al-qur’an
- Ada motivasi tersendiri untuk anak karena bervariasi yaitu motivasi untuk bisa naik ke tingkatan iqro’ selanjutnya yaitu iqro’ 1 naik ke iqro’ 2 dan seterusnya.
- Anak yang lancar akan cepat melanjutkan pada jilid selanjutnya karena tidak menunggu teman yang lain.
- Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
2. Kekurangan
Metode Iqro’
a. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
b. Tidak ada media belajar
c. Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal
d. Tidak diperkenalkan huruf
hijaiyah yang asli(tanpa harokat)
e. Dalam pengajarannya lebih bersifat
individual
f. Kurang mengenal istilah tanda
baca Alqur’an (seperti fathah, kasroh, tanwin, sukun dan lain-lain)
g. Anak
tidak perlu menghafal dan mengeja huruf Alqur’an
h. Anak didik dapat naik ke jilid berikutnya dengan syarat sudah menguasai
dan membaca dengan lancar bacaan pada jilid yang sudah ia pelajari, jika ia
belum bisa membaca dengan benar dan lancar maka harus mengulang kembali ke
jilid nya.
i.
Bagi yang tidak
lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh
bulan atau tahun, namun dengan tingkat kelancaran dan benar bacaannya.
3. Sifat buku Iqro’
adalah :
a.
Bacaan langsung.
b.
CBSA(Cara
Belajar Santri Aktif)
c.
Privat(penyimakan
secara seorang demi seorang)
d.
Modul
e.
Asistensi(santri
yang lebih tinggi jilidnya dapat membantu menyimak santri lain)
f.
Praktis
g.
Sistematis
h.
Variatif
i.
Komunikatif
j.
fleksibel
4.
Bentuk-bentuk
pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
a.
TK Al-Qur'an
b.
TP Al-Qur'an
c.
Digunakan pada
pengajian anak-anak di masjid/musholla
d.
Menjadi materi
dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e.
Menjadi program
ekstra kurikuler sekolah
f.
Digunakan di
majelis-majelis taklim
C.
PRINSIP DAN STRATEGI METODE IQRO’
1. Prinsip –prinsip Dasar Metode
Iqro’
- prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
1) teliti, berhati-hati, waspada dan tegas
- Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri / anak didik:
1)
CBSA : Cara
belajar santri aktif.
2)
Pelan asal
benar.
3)
fasih
2. Strategi Mengajar Dalam Metode
Iqro’ I sampai VI yaitu:
a. Jilid I
1)
Menggunakan sistem CBSA yaitu guru sebagai penyimak saja,
jangan menuntun kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajarans, privat yaitu penyimakan secara seorang demi
seorang, dan asistensi yaitu santri yang lebih tinggi jilidnya dapat membantu
menyimak santri lain.
2)
Mengenai judul, guru langsung member cntoh bacaannya
3)
Sekali huruf dapat dibaca dengan betul maka jangan diulang
lagi
4)
Bila santri keliru panjang panjang dalam membaca huruf, maka
guru harus dengan tegas memperingatkan(sebab yang betul dengan pendek-pendek)
dan membacanya agar diputus-putus, bila perlu ditekan.
5)
Bila santri keliru membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf
yang keliru saja, dengan cara isyarah
6)
Pelajan ini pengenalan huruf berharokat fathah, jika belum
dikuasai benar maka jangan naik ke jilid berikutnya.
7)
Bagi santri yang betul-betul belum menguasai pelajaran dan
sekiranya dapat berpacu dalam menyelesaikan belajarnya maka membacanya boleh
diloncatkan(tidak seutuhnya urutan halaman)
8)
Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan oleh guru pengujinya.
b.
Jilid II
1)
Strategi pengajaran pada jilid 1 masih berlaku pada jilid II
2)
Bila pada pelajaran yang lalu ada ”her” pada huruf-huruf tertentu, maka
dalam mempelajari jilid 2 ini, bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf yang
”her” tersebut.
3)
Mengenai judul huruf yang
dirangkai,guru tidak perlu menerangkan, misal huruf ba’ diawal, ba’ ditengah,
ba’ diakhir, sebab biasanya santri faham bisa membacanya. Jadi guru hanya
menyimak saja.
4)
Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara panjangnya boleh lebih 2
harokat. Yang penting harus jelas beda mana yang pendek dan mana yang panjang.
5)
Membacanya tetap dengan putus-putus saja yaitu walaupun hurufnya
bersambung.
6)
Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri cenderung keliru
baca panjang, yang semstinya 1 harokat, maka membacanya agar dirangkai saja
dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang pendeknya, maka guru
cukup menegurnya.
c.
Jilid III
1)
Bila santri sering memanjangkan bacaan yang semestinya pendek karena
sambil mengingat-ingat huruf didepannya, maka tegurlah, dan kalau perlu huruf
didepannya ditutup dulu agar tidak terfikir.
2)
Guru tidak boleh memberi contoh 1 kalimat yang menimbulkan anak ingin
meniru irama maupun ingin meniru lancarnya bacaan guru. Bila hal ini terjadi
santri akan terbebani berfikir membaca kalimat yang panjang, sehingga
membacanya banyak kesalahan(panjang, pendek, mengulang-ulang) sedangkan pedoman
mengajar santri hanya diajak berfikir perhuruf atau 2, 3 huruf
3)
Bila santri mengulang-ulang bacaan(karena sambil berfikir bacaan
didepannya) maka tegurlah
d.
Jilid IV
1)
Mulai jilid IV ini sudah boleh dikenalkan nama-nama huruf dan tanda tandanya.
2)
Bila santri keliru baca ditengah/diakhir kalimat, maka betulkanlah yang
keliru saja, membacanya tidak perlu diulang lagi dari awal kalimat. Setelah
selesai sehalaman, agar mengulangi kalimat yang ada kekeliruan tersebut.
3)
Untuk memudahkan ingatan huruf qolqolah boleh dengan singkatan baju
dithoqo
4)
Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk membuat semarak, baik
andaikata santri diajak membaca bersama-sama.
5)
Untuk menetukan bacaan yang betul pada halaman 23, santri diajak membaca
dengan harokatfathah dulu berulang-ulang, kemudian baru dimatikan.
6)
Pada jilid 4 belum ada waqof, artinya semua bacaan dibaca utuh apa
adanya.
e.
Jilid V
1)
Halaman 23 adalah surat Al-mu’minun ayat 1-11 sebaiknya santri dianjurkan
menghafalkan.
2)
Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh sistem
tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedang yang lainnya
menyimak.
3)
Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idghom,
ikhfa’ dsb. Yang penting secara praktis betul bacaannya.
4)
Agar menghayati bacaan yang pentingdan untuk membuat suasana, baik
andaikata santri diajak membaca bersama-sama.
f.
Jilid VI
1)
Materi halaman EBTA sebaiknya dihafalkan, syukur dapat dimengerti
terjemahnya.
2)
Walaupun telah menginjak jilid 6, pedoman membaca ”pelan asal benar”
tetap berlaku. Jadi tak apa bila ada santri yang membacanya sangat
lamban/tersendat-sendat/banyak berhenti/jeda. Asalkan setiap yang dibaca itu
betul semuanya, maka yang penting adalah benar.
3)
Santri jangan diajari dengan bacaan berlagu walaupun dengan irama
murottal
4)
Mengenai pelajaran tanda waqof, disederhanakan dan pengenalannya
disatukan di awal
5)
Sebelum EBTA ada tambahan pelajaran huruf-huruf awal surat.
KESIMPULAN
Usia
dini merupakan usia yang paling baik dikenalkan tentang al-Qur’an untuk memupuk
ketakwaan dan keimanan pada anak. Banyak cara
atau metode yang dapat diterapkan untuk mengajarkan alQur’an bagi anak usia
dini. Adapun
salah satu cara atau metodenya dalam proses pengajaran al-Qur’an pada anak usia
dini adalah metode IQRO’. Dalam metode Iqro’ terdapat tingkatan jilid yaitu
1-6. Anak dikenalkan bacaan al-qur’an dengan sitem CBSA(cara belajar santri
aktif). Dalam metode Iqro’ sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan,prinsip
dan strategi pembelajarannya.
Dalam
penerapannya pada anak yaitu pembelajaran secara individual dan tidak
membutuhkan media untuk mengajar selain buku IQRO’. Anak akan lebih mudah untuk
dapat mengenal bacaan Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an. Serta terdapat tingkatan
yang bervariasi sesuai dengan tingkat kemampuan anak dalam belajar bacaan
Al-Qur’an yaitu IQRO’ jilid 1-6.
Bagi guru, dalam mengajar tentu saja
ada hambatan-hambatan, ketika sudah merasa memenuhi semua syarat dan ketentuan
dalam metode dan strategi pembelajaran Al-Qur’an namun hasilnya tidak sesuai
dengan harapan, maka hendaklah selalu berdo’a kepada Allah supaya diberi
kesabaran dan keteguhan niat. Karena terkadang dikarenakan hambatan-hambatan
yang ada, seorang pengajar menjadi putus asa.
DAFTAR PUSTAKA
-
As’ad Humam,
Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-qur’an, Balai Litbang LPTQ Nasional,
Yogyakarta, 2000
-
Faridur Rohman, Makalah Proses Pengajaran Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini,
Tarbiyah STAI NU, Jakarta, 2013